LOVE HISTORY (Adjie & Shisy)
“iyo jadi dulu jaman SMP ada gank ku namanya ‘JOKER’, ko
tau mi toh, masih ababil, hehehe….”
Tok !!! “addeh kenapa ko ?” Adjie meringis mengusap
kepalanya yang ku ketok, berdasar pada pengaktifan permainan kuno tadi.
“lanjut !” ujar ku dengan ekspresi innocent
“gila ni anak!”ucap Adjie sedikit kesal, namun tetap
melanjutkan ceritanya, masih megusap kepalanya.
“iyo jadi dulu itu, pas mau tahun hmmm…., klo nda salah ada
delapan orang ka’, anggota klub basket sekolah, yang sama-sama kelas tiga semua
mi,n belom punya pacar, pa lagi dulu kan lagi booming-boomingnya tuh
sinetron-sinetron cinta-cinta anak SMP
secara nda sadar terbawa juga di kehidupan ababil-ababil kaya’ saya dulu” jelasnya, dan aku dengan fokus mendengarkan
kisahnya.
“ya gitu mi , ada temanku yang usul gimana klo bikin ki’ perlombaan tapi bukan brarti main-main, jadi
pas tahun baru harus dah punya pasangan semua mi.” lanjut Adjie
“jadi ko ksi jadi mainan ji tu pasangan mu?” sela-ku
sedikit heran dan bercampur kurang senang kisah Adjie tentang perlombaannya
itu, meskipun itu memang sudah lama.
“makanya tadi di
bilang perlombaan tapi bukan untuk main-main. Tu hari kalo’ nda salah masih
pertengahan bulan 11, jadi masih lama buat mencari cinta.
Pas tu sore abis latian basket,
kumpul-kumpul mi ki di lapangan, di umumkan mi secara resmi tentang perlombaannya, pertama memang sa kira bakalan banyak yang nolak, karena ko tau mi toh saya dulu tuh paling susah dekat dengan cewe’. Tapi ternyata, semangat semua tu joker-joker yang lain”
kumpul-kumpul mi ki di lapangan, di umumkan mi secara resmi tentang perlombaannya, pertama memang sa kira bakalan banyak yang nolak, karena ko tau mi toh saya dulu tuh paling susah dekat dengan cewe’. Tapi ternyata, semangat semua tu joker-joker yang lain”
“tunggu dulu, ko bilang susah dekat dengan cewe’ ? nda
salah dengar ja’ itu ?” aku kembali menyela, karena memang sangat mengherankan
dengan penjelasan Adjie yang dulu dan melihat Adjie yang sekarang.
“hahhahaa…., jangan salah dulu tu, hampir sama ji ka’ sama
Ippank, paling mati klo soal cewe’. Secara mantan anak pesantren , walaupun
cuman 6 bulan. Lanjut, jadi tu sore perlombaannya resmi dimulai.
Hmmm…, tapi kaya’nya blom bisa di lanjut ni ceritanya….”
tiba-tiba Adjie menghentikan ceritanya,
“kenapai? Seru-serunya lagi!” protesku yang mulai penasaran
dengan kisah sejarah perjalanan Adjie mendapatkan cinta seorang Shisy.
“cipuru’ anne…, dah mulai demo mi ni perutku,” ucap Adjie
lemas sambil menggelatakkan badannya ke lantai
“mentong kau di’ lapar t’rus,… ayo mi ple, mandi dulu tapi
biar nda kacci,” gerutu ku,
“tenang ntar di lanjut cerita nya” ujarnya. Akupun bangkit
dan menuju ke tempat jemuran untuk mengambil handuk.
“ihhi…., gini mi ni orang kalo di la’ju lope….,
hahahaha….,” goda Adjie
“hahhaaha…., cepat mi ko juga tu kau, siap-siap nda lama ji
ka’ saya klo mandi, mandi disini ji ko toh?” Tanya ku, tanpa menanggapi candaan
Adjie
“iyo, mandi disini ja’, malas balik, terlalu cape’ ma ‘n
terlalu lapar buat melangkah terlalu jauh” jawab Adjie yang masih terbaring di
lantai, sembari mengambil remot dan menyalakan TV mencari-cari channel yang ada
menayangkan kartun. Yah bisa dibilang walaupun sudah tua, hobi kami bertiga
hampir sama dalam soal tontonan, senang dengan film animasi, hehehe…..
“ok,” jawabku singkat sambil melangkah masuk ke kamar
mandi,
Setelah mandi dan keluar dari kamar mandi aku langsung
melemparkan handukku ke Adjie, yang
masih tergeletak menonton pokemon dengan seriusnya,
“ntar nunggu iklan” jawabnya tanpa menghiraukan handukku
yang medarat di kepalanya,
“ sa kira itu lapar s’kali miko” tegur ku mengingatkan sambil masuk ke kamar
untuk ‘berdandan’ dan melakukan ritual-ritual ku setelah mandi.
Setelah menyelesaikan ritual-ritualku, Adjie pun sudah
selesai mandi.
“celana pendek yang kemarin mana ?” tanya Adjie sambil
menggeledah isi lemari ku. Memang kami bertiga seperti yang ku bilang sudah
seperti saudara sendiri bahkan lebih, kami tidak sungkan untuk bertukar pakai
pakaian, kecuali dalaman pastinya, yang mungkin bagi sebagian orang itu tabu.
“nda tau, cari mi saja disitu klo ndada, berarti masih di londry” jawabku
dengan mata serius menatap k arah layar TV, menonton pokemon. Untuk sejenak aku
bisa melupakan kegusaran hatiku.
“ok, ayo mi pergi ketemu Kasy, eh salah pergi makan, hehehhe….”
Ajak Adjie sedikit menggodaku, setelah dia selesai berpakaian dan tepat saat serial pokemon sudah selesai.
“heddehh….., ayo” jawabku dengan sedikit salah tingkah
dengan ajakan Adjie yang menyebut-nyebut nama Kasy.
Di jalan kami hanya sibuk menyapa dan mengomentari para
tetangga kami yang budiman, yang juga sibuk dengan kegiatan akhir pekan mereka,
yang seperti biasa bercengkerama dengan kendaraan, anak-anak, atau dengan
tetangga-tetangga lain yang enta membahas apa, yah…, don’t care-lah!
Sesampainya di warung pojok, seperti biasa Adjie dengan
sigap menyambar daftar menu, yah salah satu alasan juga kenapa warung ini tidak
membosankan, karena menunya yang variatif, dan untuk hari-hari tertentu mereka
menyediakan paket promo, seperti strategi marketing pada outlet-outlet
fastfood, yang menawarkan paket makanan.
“hmm…., pagi-pagi gini enaknya….,” Adjie bergumam sambil
dengan serius matanya berputar-putar memilih menu yang tepat buatnya sarapan.
“mas kalo’ saya sop saudara ma teh hangat,” pesan ku pada
pelayan warung itu yang sudah dari awal siap dengan kuda-kudanya untuk mencatat
pesanan,
“iye’” jawab pelayan itu sambil dengan sigap mencatat pesanan
ku.
“woy, cepat mi ko
tu, lama skali, mili makan saja ! ni mas-nya dah lama mi tawwa nunggu” tegurku
pada Adjie, yang masih belum menentukan pilihannya.
“hmmm…., bingungK’ apa tadi kau ko pesan?” tanyanya padaku
sambil menurunkan daftar menu yang dari tadi menutupi wajahnya.
“sop saudara” jawabku singkat.
“hmmm…, sama mas sop saudara juga saya,trus minumnya sama
teh hangat jumbo,eh nasinya dobel tapi, hehehe…” pesannya pada pelayan yang
menunggunya dari tadi. setelah mencatat pesanan kami pelayan itupun segera
berlalu menyampaikan pesanan kami pada chef-nya.
“Padahal dah agak siang, biasanya jam segini rame sekarang
tumben rada sepi” gumam ku heran,
“hmm…, mungkin lagi rajin semua masak” jawab Adjie santai
“oh, iyo lanjut mi kisah mu e!” desakku
“iyo ple, sampe mana mi tadi ceritanya?” tanyanya,
“ hmm…., smpe mulai mi permainanmu ma teman-teman jokermu”
jawabku mengingatkan
“hmm…, iyo, kan resmi mi di mulai to, jadi besoknya janjian
ki ngumpul dulu di rumahnya temanku, buat teknikal meeting, jadi bahas
aturan-aturannya yang penting intinya ni tujuannya perlombaan bukan tuk
permainkan anaknya orang. Oh iyo lupa ni semua anggota joker dah ada semua mi
odo’2nya na incar tapi gitu mi, masih terlalu malas mikir soal pacar-pacaran.
Sudahnya teknikal meeting sesi kedua, pengakuan dosa,
hahahhaha….., bukan, pengakuan sapa yang na suka’-suka’ selama ni. Jadi gitumi
ngaku mi smua dan ternyata ada yang baku suka ji d gank joker tu, jadi yahh...,
gitumi.” Ceritanya antusias,
“na ko bilang klo Shisy kau ko suka?” tanyaku penasaran
“yups, ya gitu mi.., haus ni ky’nya” jawabnya sambil
clingak-clinguk berharap minuman pesanan akan segera menuju ke arahnya, dan
benar saja dari pintu dapur warung itu keluar mas pelayan yang membawa beberapa
jenis minuman di baki nya, dan di antaranya terlihat satu gelas jumbo teh
hangat, tiga gelas teh hangat, segelas
kopi hitam, dan segelas susu putih. Dan
meja pertama yang di tuju pelayan itu adalah meja kami, mungkin sudah hapal
dengan kebiasaan Adjie yang kalau pesanannya dia rasa terlalu lama akan
komentar panjang dan tidak jelas saat pelayannya menghampiri.
“Alhamdulillah…, tengkyu mas!” Adjie langsung menyeruput
teh hangat jumbonya yang baru saja mendarat di depannya.
“jadi gitumi,” lanjutnya berkisah
“besoknya dimulai mi usahanya semua mengejar cintanya
masing-masing, kecuali saya, karena masih malas ka urus masalah gituan, lebih
suka bantu-bantu teman ku usaha, kan aturannya juga boleh minta bantuan ke
joker yang lain”.
“sampai mo mi deadline, minggu terakhir dah hampir semua
joker dapat targetnya tinggal saya dengan teman ku satu. Baku Tanya mi disitu
perkembangannya, pas na tau semua mi, klo tinggal saya dua orang yang belum
berhasil, menawarkan semua bantuan, ada yang usul metode-metode, tapi ternyata
tu teman ku yang satu tinggal tunggu jawaban bede’, disuruh nunggu paling lama
1 minggu sebelum di jawab.
Na saya sebenarnya dumba’-dumba’ gleter ma’ saya mikir
jawaban klo di tanya” kenangnya sambil senyum-senyum sendiri
“mdede….,lamanya kapan ko jadian ma Shisy ple, malah ta’
putar-putar dia malah bahas kisahnya
joker-joker lain” protes ku pada Adjie
yang ceritanya mulai ngalor-ngidul tidak
jelas, membuatku tidak sabar.
“hahahhahah……., santai jo’” tanggapnya santai dengan
menggunakan istilah orang Sulawesi tengah jo.
“kan history-nya dri awal” jelasnya
“edede…, skip mi saja langsung ke bagian gimana ko bisa
jadian ma Shisy??” desakku tidak sabar
“iyo ple…, jadi ceritanya dah lewat mi tahun baru, saya
satu-satunya yang nda dapat pasangan, karena memang ndada usahaku, sampe na
desak ka temanku ngaku. Jadi mulai di situ mi malah teman-teman ku yang sibuk
comblangi ka’ dengan Shisy, tapi senang juga ji ka iya, ehehehe….,
Sampe bulan empat ya lumayan dekat miK’ ma Shisy lumayan
dah biasa ngobrol soal pelajaran karena kebetulan satu kelas ka. Jadi tu sore
abis latian basket, bertigaK’ ma teman ku shooting-shooting ke ring, trus ada
yang usul, taruhan. Biasa jiwa muda, tertantang setuju smua , pertama yang lain
taruhan traktiran, pas giliranku mi,
taruhannya kalo kalahK’ harus tembak Shisy secepatnya.”
“trus ko terima taruhannya?” tanyaku penasaran
“iyo, coz tu hari lagi enak mood ku shooting, jadi yakinK’
menang. Ternyata kalahK’. Besoknya, pulang less sore sa ajak Shisy ngobrol
berdua, baru langsung sa kasi gelang, sa tanya mi ‘mau ka jadi pacarta’ , kalo
kita terima pake ni gelang tapi kalo nda kembalikan gelangnya,’” Adjie kembali
berhenti bercerita dan mulai menyantap makanan di depannya yang tanpa sadar
sudah muncul di depan kami dan menanti untuk disantap.
“trus, gimana?” tanyaku seolah santai sambil, ikut mulai
menyantap sop saudara yang ada di depanku yang tampak sangat nikmat ini.
“menurut mu?” tanyanya.
“jadi langsung na pake tu gelangmu?” tanyaku.
“ nda iya, nda langsung na pake, na suruhK’ nunggu satu
minggu,” jawabnya sambil terus menyantap sop saudaranya itu.
“trus ni gelang yang ko pake’?” tanyaku padanya,
memperhatikan gelang yang tidak pernah ku lihat dia tanpa mengenakan gelangnya.
“ow, ni gelang yang na kasikan ka, ganti gelang yang sa
kasi, skaligus jadi jawabannya, jadi gelangku na pake, saya pake gelangnya,”
jawabnya sambil senyum dengan mulut penuh sambil mengangkat tangannya
memperhatikan gelangnya seakan mengenang sesuatu.
“so sweet….., hahhahah….,” tawaku menanggapi kisahnya yang
akhirnya sampai pada intinya setelah menunggu dari pagi tadi.
Kami pun melanjutkan makan kami, dan Adjie dengan kecepatan
turbo sudah beralih kepiring nasi yang kedua yang sudah dipesannya tadi, aku
hanya menggeleng-geleng dan tersenyum geli melihat sahabatku yang satu ini.
Yah walaupun, perut sudah terisi penuh, tapi hati ku masih
ada yang mengganjal, ada yang kurang!
Sambil clingak-clinguk aku memperlambat menghabiskan teh
hangatku yang sudah tidak hangat lagi, dan Adjie serius menatap layar TV warung
yang ku kira kebetulan memutar channel yang menayangkan film kartun yang paling
fenomenal di jaman ku, dan masih ada sampai sekarang Dragon Ball.
Sebenarnya aku mulai gelisah menantikan kehadiran sosok
indah yang ku nanti-natikan, Kasy….,where are you?? Meskipun gelisah, tapi
tetap menjaga supaya Adjie tidak tambah curiga, karena tidak bisa ku bayangkan
harus melewati hari-hari dengan sindiran-sindiran dari Adjie.
“hhehheh…., kenapa ko ky’ cacing kepanasan saja?” Mati !!!
jadi daritadi Adjie diam-diam memperhatikan ku, what I’ve to do? Tenang,tenang,
jangan panik.
“hmmm…, nda ji cuman liat-liat orang lewat” semoga
berhasil..,
“liat-liat orang lewat ato nunggu Kasy datang?” tanyanya dengan wajah yang
menyindir, dengan alisnya diangkat sebelah dan terseyum
“kasy ? ndaji dia! Ayo mi deh balik, mo ka boker ni kaya’nya” kataku berusaha ‘nge-less’
.
“ow…., ayo mi ple. Mas, ni remot ta makasih” Adjie beranjak
dari tempat dudukya sambil menyerahkan remot TV ke pelayan warung, sekaligus
menjelaskan kenapa tayangan di warung itu memutar Dragon Ball, yang notabene
tidak biasanya. Tapi yang paling penting jurus nge-less ku berhasil.
Jam sudah menunjukkan pukul 10.40 WITA, dan sepertinya
harapan ku untuk bertemu Kasy pagi ini harus di pendam dulu. Karena sudah
terlalu siang dan kurasa hari ini dia tidak akan ke warung untuk omakan, dia
kan jago masak, setidaknya begitu menurut referensi mimpi ku.
Setelah selesai membayar kami berjalan kembali menuju ke
istana kecilku, dengan hati sedikit kecewa. Dan diperjalanan pulang pemandangan
tidak jauh berbeda saat kami berangkat tadi, ada yang masih ngerumpi, yang
entah sudah sampai kerumah keberapa atau artis yang mana lagi yang jadi
bahannya. Ada yang masih sibuk mengelap kendaraannya sampai-sampai kendaraannya
berasap karena saking lama di lap terus. Tapi yang lebih mengherankan emang
mereka sekurang-kerjaan inikah di akhir pekan ini? Tapi hari ini aku terlalu
malas untuk membahas soal itu. Kasy…,cuman mau melihat sosokmu kenapa harus
sesulit ini?.
ingin ku terbang jauh mengejarmu
ke langit biru, karena aku
tak sanggup
berdiri tanpa kamu disampingku
kau dimana……,
lagu dari grup band
The Cat seakan terngiang di kepalaku
mengiringi langkahku menuju ke rumah kontrakanku. Dan hanya menanggapi seadanya
ocehan Adjie yang tidak begitu ku perhatikan, yang ada-ada saja yang jadi
bahannya, entah itu masalah politik,kehidupan artis, kemajuan teknologi dan
segala macam.
Sesampai dirumah, aku langsung berbaring malas di depan TV
menunggu waktu sholat dzuhur. Setelah menunaikan sholat dzuhur akupun langsung
menghempaskan tubuhk ke atas kasur ku, berharapa mimpiku dapat memperbaiki
suasana hatiku. Amiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar