Jumat, 07 Februari 2014

CERITA CINTA part 4



LOVE HISTORY (Adjie & Shisy)

“iyo jadi dulu jaman SMP ada gank ku namanya ‘JOKER’, ko tau mi toh, masih ababil, hehehe….” 
Tok !!! “addeh kenapa ko ?” Adjie meringis mengusap kepalanya yang ku ketok, berdasar pada pengaktifan permainan kuno tadi.
“lanjut !” ujar ku dengan ekspresi innocent
“gila ni anak!”ucap Adjie sedikit kesal, namun tetap melanjutkan ceritanya, masih megusap kepalanya.
“iyo jadi dulu itu, pas mau tahun hmmm…., klo nda salah ada delapan orang ka’, anggota klub basket sekolah, yang sama-sama kelas tiga semua mi,n belom punya pacar, pa lagi dulu kan lagi booming-boomingnya tuh sinetron-sinetron  cinta-cinta anak SMP secara nda sadar terbawa juga di kehidupan ababil-ababil kaya’ saya dulu”  jelasnya, dan aku dengan fokus mendengarkan kisahnya.
“ya gitu mi , ada temanku yang usul gimana klo bikin ki’  perlombaan tapi bukan brarti main-main, jadi pas tahun baru harus dah punya pasangan semua mi.” lanjut Adjie
“jadi ko ksi jadi mainan ji tu pasangan mu?” sela-ku sedikit heran dan bercampur kurang senang kisah Adjie tentang perlombaannya itu, meskipun itu memang sudah lama.
“makanya  tadi di bilang perlombaan tapi bukan untuk main-main. Tu hari kalo’ nda salah masih pertengahan bulan 11, jadi masih lama buat mencari cinta.
Pas tu sore abis latian basket,
kumpul-kumpul mi ki di lapangan, di umumkan mi secara resmi tentang perlombaannya, pertama memang sa kira bakalan banyak yang nolak, karena ko tau mi toh saya dulu tuh paling susah dekat dengan cewe’. Tapi ternyata, semangat semua tu joker-joker yang lain”
“tunggu dulu, ko bilang susah dekat dengan cewe’ ? nda salah dengar ja’ itu ?” aku kembali menyela, karena memang sangat mengherankan dengan penjelasan Adjie yang dulu dan melihat Adjie yang sekarang.
“hahhahaa…., jangan salah dulu tu, hampir sama ji ka’ sama Ippank, paling mati klo soal cewe’. Secara mantan anak pesantren , walaupun cuman 6 bulan. Lanjut, jadi tu sore perlombaannya resmi dimulai.
Hmmm…, tapi kaya’nya blom bisa di lanjut ni ceritanya….” tiba-tiba Adjie menghentikan ceritanya,
“kenapai? Seru-serunya lagi!” protesku yang mulai penasaran dengan kisah sejarah perjalanan Adjie mendapatkan cinta seorang Shisy.
“cipuru’ anne…, dah mulai demo mi ni perutku,” ucap Adjie lemas sambil menggelatakkan badannya ke lantai
“mentong kau di’ lapar t’rus,… ayo mi ple, mandi dulu tapi biar nda kacci,” gerutu ku,
“tenang ntar di lanjut cerita nya” ujarnya. Akupun bangkit dan menuju ke tempat jemuran untuk mengambil handuk.
“ihhi…., gini mi ni orang kalo di la’ju lope…., hahahaha….,” goda Adjie
“hahhaaha…., cepat mi ko juga tu kau, siap-siap nda lama ji ka’ saya klo mandi, mandi disini ji ko toh?” Tanya ku, tanpa menanggapi candaan Adjie
“iyo, mandi disini ja’, malas balik, terlalu cape’ ma ‘n terlalu lapar buat melangkah terlalu jauh” jawab Adjie yang masih terbaring di lantai, sembari mengambil remot dan menyalakan TV mencari-cari channel yang ada menayangkan kartun. Yah bisa dibilang walaupun sudah tua, hobi kami bertiga hampir sama dalam soal tontonan, senang dengan film animasi, hehehe…..
“ok,” jawabku singkat sambil melangkah masuk ke kamar mandi,
Setelah mandi dan keluar dari kamar mandi aku langsung melemparkan handukku ke Adjie, yang  masih tergeletak menonton pokemon dengan seriusnya,
“ntar nunggu iklan” jawabnya tanpa menghiraukan handukku yang medarat di kepalanya,
“ sa kira itu lapar s’kali miko”  tegur ku mengingatkan sambil masuk ke kamar untuk ‘berdandan’ dan melakukan ritual-ritual ku setelah mandi.
Setelah menyelesaikan ritual-ritualku, Adjie pun sudah selesai mandi.
“celana pendek yang kemarin mana ?” tanya Adjie sambil menggeledah isi lemari ku. Memang kami bertiga seperti yang ku bilang sudah seperti saudara sendiri bahkan lebih, kami tidak sungkan untuk bertukar pakai pakaian, kecuali dalaman pastinya, yang mungkin bagi sebagian orang itu tabu.
“nda tau, cari mi saja disitu  klo ndada, berarti masih di londry” jawabku dengan mata serius menatap k arah layar TV, menonton pokemon. Untuk sejenak aku bisa melupakan kegusaran hatiku.
“ok, ayo mi pergi ketemu Kasy, eh salah pergi makan, hehehhe….” Ajak Adjie sedikit menggodaku, setelah dia selesai berpakaian  dan tepat saat serial pokemon sudah selesai.
“heddehh….., ayo” jawabku dengan sedikit salah tingkah dengan ajakan Adjie yang menyebut-nyebut nama Kasy.
Di jalan kami hanya sibuk menyapa dan mengomentari para tetangga kami yang budiman, yang juga sibuk dengan kegiatan akhir pekan mereka, yang seperti biasa bercengkerama dengan kendaraan, anak-anak, atau dengan tetangga-tetangga lain yang enta membahas apa, yah…, don’t care-lah!
Sesampainya di warung pojok, seperti biasa Adjie dengan sigap menyambar daftar menu, yah salah satu alasan juga kenapa warung ini tidak membosankan, karena menunya yang variatif, dan untuk hari-hari tertentu mereka menyediakan paket promo, seperti strategi marketing pada outlet-outlet fastfood, yang menawarkan paket makanan.
“hmm…., pagi-pagi gini enaknya….,” Adjie bergumam sambil dengan serius matanya berputar-putar memilih menu yang tepat buatnya sarapan.
“mas kalo’ saya sop saudara ma teh hangat,” pesan ku pada pelayan warung itu yang sudah dari awal siap dengan kuda-kudanya untuk mencatat pesanan,
“iye’” jawab pelayan itu sambil dengan sigap mencatat pesanan ku.
“woy, cepat  mi ko tu, lama skali, mili makan saja ! ni mas-nya dah lama mi tawwa nunggu” tegurku pada Adjie, yang masih belum menentukan pilihannya.
“hmmm…., bingungK’ apa tadi kau ko pesan?” tanyanya padaku sambil menurunkan daftar menu yang dari tadi menutupi wajahnya.
“sop saudara” jawabku singkat.
“hmmm…, sama mas sop saudara juga saya,trus minumnya sama teh hangat jumbo,eh nasinya dobel tapi, hehehe…” pesannya pada pelayan yang menunggunya dari tadi. setelah mencatat pesanan kami pelayan itupun segera berlalu menyampaikan pesanan kami pada chef-nya.
“Padahal dah agak siang, biasanya jam segini rame sekarang tumben rada sepi” gumam ku heran,
“hmm…, mungkin lagi rajin semua masak” jawab Adjie santai
“oh, iyo lanjut mi kisah mu e!” desakku
“iyo ple, sampe mana mi tadi ceritanya?”  tanyanya,
“ hmm…., smpe mulai mi permainanmu ma teman-teman jokermu” jawabku mengingatkan
“hmm…, iyo, kan resmi mi di mulai to, jadi besoknya janjian ki ngumpul dulu di rumahnya temanku, buat teknikal meeting, jadi bahas aturan-aturannya yang penting intinya ni tujuannya perlombaan bukan tuk permainkan anaknya orang. Oh iyo lupa ni semua anggota joker dah ada semua mi odo’2nya na incar tapi gitu mi, masih terlalu malas mikir soal pacar-pacaran.
Sudahnya teknikal meeting sesi kedua, pengakuan dosa, hahahhaha….., bukan, pengakuan sapa yang na suka’-suka’ selama ni. Jadi gitumi ngaku mi smua dan ternyata ada yang baku suka ji d gank joker tu, jadi yahh..., gitumi.” Ceritanya antusias,
“na ko bilang klo Shisy kau ko suka?” tanyaku penasaran
“yups, ya gitu mi.., haus ni ky’nya” jawabnya sambil clingak-clinguk berharap minuman pesanan akan segera menuju ke arahnya, dan benar saja dari pintu dapur warung itu keluar mas pelayan yang membawa beberapa jenis minuman di baki nya, dan di antaranya terlihat satu gelas jumbo teh hangat, tiga gelas teh  hangat, segelas kopi hitam, dan segelas susu putih.  Dan meja pertama yang di tuju pelayan itu adalah meja kami, mungkin sudah hapal dengan kebiasaan Adjie yang kalau pesanannya dia rasa terlalu lama akan komentar panjang dan tidak jelas saat pelayannya menghampiri.
“Alhamdulillah…, tengkyu mas!” Adjie langsung menyeruput teh hangat jumbonya yang baru saja mendarat di depannya.
“jadi gitumi,” lanjutnya berkisah
“besoknya dimulai mi usahanya semua mengejar cintanya masing-masing, kecuali saya, karena masih malas ka urus masalah gituan, lebih suka bantu-bantu teman ku usaha, kan aturannya juga boleh minta bantuan ke joker yang lain”.
“sampai mo mi deadline, minggu terakhir dah hampir semua joker dapat targetnya tinggal saya dengan teman ku satu. Baku Tanya mi disitu perkembangannya, pas na tau semua mi, klo tinggal saya dua orang yang belum berhasil, menawarkan semua bantuan, ada yang usul metode-metode, tapi ternyata tu teman ku yang satu tinggal tunggu jawaban bede’, disuruh nunggu paling lama 1 minggu sebelum di jawab.
Na saya sebenarnya dumba’-dumba’ gleter ma’ saya mikir jawaban klo di tanya” kenangnya sambil senyum-senyum sendiri
“mdede….,lamanya kapan ko jadian ma Shisy ple, malah ta’ putar-putar dia  malah bahas kisahnya joker-joker lain”  protes ku pada Adjie yang ceritanya mulai ngalor-ngidul  tidak jelas, membuatku tidak sabar.
“hahahhahah……., santai jo’” tanggapnya santai dengan menggunakan istilah orang Sulawesi tengah jo.
“kan history-nya dri awal” jelasnya
“edede…, skip mi saja langsung ke bagian gimana ko bisa jadian ma Shisy??” desakku tidak sabar
“iyo ple…, jadi ceritanya dah lewat mi tahun baru, saya satu-satunya yang nda dapat pasangan, karena memang ndada usahaku, sampe na desak ka temanku ngaku. Jadi mulai di situ mi malah teman-teman ku yang sibuk comblangi ka’ dengan Shisy, tapi senang juga ji ka iya, ehehehe….,
Sampe bulan empat ya lumayan dekat miK’ ma Shisy lumayan dah biasa ngobrol soal pelajaran karena kebetulan satu kelas ka. Jadi tu sore abis latian basket, bertigaK’ ma teman ku shooting-shooting ke ring, trus ada yang usul, taruhan. Biasa jiwa muda, tertantang setuju smua , pertama yang lain taruhan traktiran, pas giliranku  mi, taruhannya kalo kalahK’ harus tembak Shisy secepatnya.”
“trus ko terima taruhannya?” tanyaku penasaran
“iyo, coz tu hari lagi enak mood ku shooting, jadi yakinK’ menang. Ternyata kalahK’. Besoknya, pulang less sore sa ajak Shisy ngobrol berdua, baru langsung sa kasi gelang, sa tanya mi ‘mau ka jadi pacarta’ , kalo kita terima pake ni gelang tapi kalo nda kembalikan gelangnya,’” Adjie kembali berhenti bercerita dan mulai menyantap makanan di depannya yang tanpa sadar sudah muncul di depan kami dan menanti untuk disantap.
“trus, gimana?” tanyaku seolah santai sambil, ikut mulai menyantap sop saudara yang ada di depanku  yang tampak sangat nikmat ini.
“menurut mu?” tanyanya.
“jadi langsung na pake tu gelangmu?” tanyaku.
“ nda iya, nda langsung na pake, na suruhK’ nunggu satu minggu,” jawabnya sambil terus menyantap sop saudaranya itu.
“trus ni gelang yang ko pake’?” tanyaku padanya, memperhatikan gelang yang tidak pernah ku lihat dia tanpa mengenakan gelangnya.
“ow, ni gelang yang na kasikan ka, ganti gelang yang sa kasi, skaligus jadi jawabannya, jadi gelangku na pake, saya pake gelangnya,” jawabnya sambil senyum dengan mulut penuh sambil mengangkat tangannya memperhatikan gelangnya seakan mengenang sesuatu.
“so sweet….., hahhahah….,” tawaku menanggapi kisahnya yang akhirnya sampai pada intinya setelah menunggu dari pagi tadi.
Kami pun melanjutkan makan kami, dan Adjie dengan kecepatan turbo sudah beralih kepiring nasi yang kedua yang sudah dipesannya tadi, aku hanya menggeleng-geleng dan tersenyum geli melihat sahabatku yang satu ini.
Yah walaupun, perut sudah terisi penuh, tapi hati ku masih ada yang mengganjal, ada yang kurang!
Sambil clingak-clinguk aku memperlambat menghabiskan teh hangatku yang sudah tidak hangat lagi, dan Adjie serius menatap layar TV warung yang ku kira kebetulan memutar channel yang menayangkan film kartun yang paling fenomenal di jaman ku, dan masih ada sampai sekarang Dragon Ball.
Sebenarnya aku mulai gelisah menantikan kehadiran sosok indah yang ku nanti-natikan, Kasy….,where are you?? Meskipun gelisah, tapi tetap menjaga supaya Adjie tidak tambah curiga, karena tidak bisa ku bayangkan harus melewati hari-hari dengan sindiran-sindiran dari Adjie. 
“hhehheh…., kenapa ko ky’ cacing kepanasan saja?” Mati !!! jadi daritadi Adjie diam-diam memperhatikan ku, what I’ve to do? Tenang,tenang, jangan panik.
“hmmm…, nda ji cuman liat-liat orang lewat” semoga berhasil..,
“liat-liat orang lewat ato nunggu Kasy  datang?” tanyanya dengan wajah yang menyindir, dengan alisnya diangkat sebelah dan terseyum
“kasy ? ndaji dia! Ayo mi deh balik,  mo ka boker ni kaya’nya” kataku berusaha ‘nge-less’ .
“ow…., ayo mi ple. Mas, ni remot ta makasih” Adjie beranjak dari tempat dudukya sambil menyerahkan remot TV ke pelayan warung, sekaligus menjelaskan kenapa tayangan di warung itu memutar Dragon Ball, yang notabene tidak biasanya. Tapi yang paling penting jurus nge-less ku berhasil.
Jam sudah menunjukkan pukul 10.40 WITA, dan sepertinya harapan ku untuk bertemu Kasy pagi ini harus di pendam dulu. Karena sudah terlalu siang dan kurasa hari ini dia tidak akan ke warung untuk omakan, dia kan jago masak, setidaknya begitu menurut referensi mimpi ku.
Setelah selesai membayar kami berjalan kembali menuju ke istana kecilku, dengan hati sedikit kecewa. Dan diperjalanan pulang pemandangan tidak jauh berbeda saat kami berangkat tadi, ada yang masih ngerumpi, yang entah sudah sampai kerumah keberapa atau artis yang mana lagi yang jadi bahannya. Ada yang masih sibuk mengelap kendaraannya sampai-sampai kendaraannya berasap karena saking lama di lap terus. Tapi yang lebih mengherankan emang mereka sekurang-kerjaan inikah di akhir pekan ini? Tapi hari ini aku terlalu malas untuk membahas soal itu. Kasy…,cuman mau melihat sosokmu kenapa harus sesulit ini?.


ingin ku terbang jauh mengejarmu
ke langit biru, karena aku
 tak sanggup berdiri tanpa kamu disampingku
kau dimana……,
lagu dari  grup band The  Cat seakan terngiang di kepalaku mengiringi langkahku menuju ke rumah kontrakanku. Dan hanya menanggapi seadanya ocehan Adjie yang tidak begitu ku perhatikan, yang ada-ada saja yang jadi bahannya, entah itu masalah politik,kehidupan artis, kemajuan teknologi dan segala macam.
Sesampai dirumah, aku langsung berbaring malas di depan TV menunggu waktu sholat dzuhur. Setelah menunaikan sholat dzuhur akupun langsung menghempaskan tubuhk ke atas kasur ku, berharapa mimpiku dapat memperbaiki suasana hatiku. Amiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar