Rabu, 30 November 2011

TEKA - TEKI EINSTEIN

Teka-Teki Einstein (98% orang di dunia tidak mampu memecahkannya)! Ini seratus persen murni LOGIKA dan tidak ada trik.
Albert Einstein menyusun teka teki ini pada abad yang lalu.
Dia menyatakan, 98% penduduk di dunia tidak mampu memecahkan teka-teki ini.
Apakah anda termasuk yang 2%?
Silahkan coba dipecahkan......, :)



Inilah teka-teki itu :
Ada 5 buah rumah yang masing-masing memiliki warna berbeda.
Setiap rumah dihuni satu orang pria dengan kebangsaan yang berbeda-beda.
Setiap penghuni menyukai satu jenis minuman tertentu.
Merokok satu merek rokok tertentu dan memelihara satu jenis hewan tertentu.
Tidak ada satupun dari kelima orang tersebut yang minum minuman yang sama, merokok merek rokok yang sama dan memelihara hewan yang sama seperti penghuni yang lain.
Pertanyaannya: Siapakan yang memelihara IKAN?
Petunjuk:
Orang Inggris tinggal di dalam rumah berwarna merah.
Orang Swedia memelihara anjing.
Orang Denmark senang minum teh.
Rumah berwarna hijau terletak tepat disebelah kiri rumah berwarna putih.
Penghuni rumah berwarna hijau senang minum kopi.
Orang yang merokok PallMall memelihara burung.
Penghuni rumah yang terletak di tengah-tengah senang minum susu.
Penghuni rumah berwarna kuning merokok Dunhill.
Orang Norwegia tinggal dirumah paling pertama.
Orang yang merokok Marlboro tinggal disebelah orang yang memelihara kucing.
Orang yang memelihara kuda tinggal disebelah orang yang merokok Dunhill.
Orang yang merokok Winfield senang minum bir.
Disebelah rumah berwarna biru tinggal orang Norwegia.
Orang Jerman merokok Rothmans.
Orang yang merokok Marlboro bertetangga dengan orang yang minum air.

Kamis, 17 November 2011

CERITA CINTA (part 1)


Pagi itu terasa sangat berbeda setelah semuanya yang ku sadari berlalu, ya mau tak mau semua harus ku terima. Ku hirup udara yang begitu dingin pagi ini bersama dengan kicauan burung yang entah mengapa kali ini tedengar begitu sendu tak seriang biasanya, seakan ikut merasakan apa yang ada dalam hatiku.
Pandanganku menerawang seisi kamar, kamar yang biasanya selalu istimewa buatku, walau perabot-perabotnya tak ada yang istimewa, yang ada hanya kasur lapuk berlapis seprai lusuh bersama kedua sahabatnya,bantal dan guling yang selalu setia menemani pelepasan lelahku, sebuah meja osin yang menanggung beban buku-buku, yang sebenarnya saya sendiri pun tak yakin akan apa yang ada di dalamnya, beserta sebuah lampu belajar dan peralatan “perang” ku.
“Woi…, angngapako cika’?”  suara yang tiba-tiba membuyarkan lamunanku, yang sebenarnya akupun tak yakin sedang melamunkan apa.
“Nda ji, biasa sindrom baru bangun , masih setengah sadar. Ko tau mi to!?, Tumben ko pagi-pagi dah disini,kenapa ko?”
“Astaga….., hari minggu ini anu, ayo jogging!”, yah.., inilah orang yang selalu bersemangat teman, sahabat, dan orang yang sudah ku anggap sebagai saudaraku sendiri, Adjie. Perawakannya sangat ramah murah senyum.walaupun bertubuh lumayan besar dan bisa dibilang atletis, dia mengaku paling anti kekerasan , dan  lebih mengutamakan logika dan perasaan dan hati dalam memyelesaikan masalah ketimbang harus dengan fisik,dan harus di garis bawahi itu adalah menurut pengakuannya.
“ pergi mo ko deh, lagi malas ka’ ni hari bla, moja’ tidur istirirahat mengistirahatkan badan,pikiran dan hati, biar besok bisa fresh !!” tolakku sambil merebahkan badan di atas kasur lusuh ku dengan gaya udang meringkuk, dan menarik selimut menutupi ujung kaki sampai ujung rambut ku.
“Edede….., ko tu masih muda dah malas kaya’ gini, mo jadi apa Indonesia klo anak mudanya semua kayak kau??” sahutnya dengan gaya diplomatis dan langsung menyambar selimut yang menutupi tubuhku yang masih dalam posisi udang rebus.
Ya makhluk yang satu ini memang selalu berhasil membujukku untuk mengikutinya walau dalam keadaan super malas sekalipun. Yah kalau mengingat selama ini, memang tidak ada yang perlu diherankan kalau saya sulit untuk menolak ajakannya, karena selama ini pun dia sangat jarang  bahkan hampir tidak pernah menolak permintaan ku. Ya sekali lagi ku tegaskan dia memang teman, sahabat, dan sudah ku anggap sebagai saudara ku.
Pagi yang cerah, begitu ceria, taman dipenuhi orang-orang yang sedang berolahraga, jogging, senam, atau hanya sekadar menikmati udara segar pagi hari sambil duduk di kursi taman dengan hikmad memerhatikan orang-orang sekitar atau membaca lembaran-lembaran penuh tulisan yang bisa di tebak setiap harinya berisi topic yang sama, yang hanya tokoh-tokohnya saja yang berubah atau memang sengaja diganti agar para pembaca tidak bosan dengan isinya.
Begitu cerah, ceria begitu indah, menyegarkan bukan hanya untuk pikiran dan pernapasan tapi juga berlaku untuk mata-mata kami sebagai laki-laki normal.
Kami berhenti sejenak dekat sebuah kursi taman, untuk melakukan gerakan-gerakan olahraga ringan untuk meregangkan otot-otot. Karena memang dari awal aku sudah tidak ada niat, akupun tidak mengambil waktu terlalu lama untuk stretching. Akupun dengan malas menghempaskan pantatku di permukaan kursi taman yang entah mengapa terlihat masih kokoh walau sudah berumur tua dan karatan. Mungkin karena masa mudanya dulu sering menjalani latihan berat dan memang terlahir dari bahan yang berkualitas tinggi.
Adjie S. Prayoga,nama panjang dari Adjie, yang sampai sekarang hurus “S” yang ada di tengah namanya masih menjadi misteri buatku, dengan penuh semangat mengayunkan kedua tangannya memutar kedepan dan kebelakang dengan mulut komat-kamit, entah sedang menghitung gerakannya atau membaca mantra pelet untuk para kembang-kembang kota yang memang seperti ku bilang tadi, menyegarkan mata. Sedangkan aku, kembali terdiam dengan mata menerawang, hanyut dalam pikiranku sendiri yang aku sendiri tidak tahu terfokus dimana.
“Wooii !!! kenapa ko kah?” dengan nada yang bisa ku definisikan sebagai rasa khawatir,suara itu kembali membuyarkan lamunanku yang tidak jelas itu.
“perasaan dari tadi pagi ko, gitu. Mang ada masalah apa ko lagi k? kaya’ orang kaya saja’ banyak masalahnya!” lanjut Adjie  dengan nada yang santai, namun masih bisa ku rasakn kalau dia masih khawatir.
“Nda ji, Cuma masih ngantuk ji ka’ ” jawabku singkat dengan ekspresi malas dan datar.
“s’rius ko?”
“iyo, ayo mi deh, pulang, lapar ma’,” ajakku sambil beranjak dari dari kursi tua taman itu.
Tanpa banyak tanya lagi, Adjie pun menyudahi stretching-nya yang menurutku sudah mulai over acting, kendati taman kota sudah berganti menjadi taman “kembang”, karena  dipenuhi oleh kembang-kembang kota yang semakin ramai berdatangan.
Sesampai di rumah kontrakan ku, yang sangat sederhana, bahkan sangat sangat sederhana, dengan  luas kurang dari 100 meter,tanpa perabotan yang memadai,tanpa sofa bahkan kursi sebagai singgasana untuk menerima tamu,dan di dapur hanya ada perlengkapan seadanya beserta peralatan makan, yang bahkan tidak akan memadai jika ada sepuluh orang makan bersamaan. Aku langsung kembali ke ruanagan dimana aku merasa sangat nyaman berada di dalamnya,kamar. Meyalakan TV, membenarkan posisi bantal, dan kembali merabahkan badan.
Adjie seperti biasa dengan cekatan menuju ke dapur mengambil sendok dan piring dan langsung meletakkan sebungkus nasi kuningnya, yang kami beli tadi saat perjalanan pulang,
“Sa kira tadi laparko itu?” tanyanya dengan mulut penuh dengan sesendok nasi kuning di mulutnya,
“hmm….,” tanggapku sambil terus melihat TV dengan malas.
Adjie terus mengoceh tidak jelas,entah menggerutu padaku atau memuji dan bersyukur betapa enaknya nasi kuning Bu Mer, yang terus memenuhi mulutnya, bahkan sampai setengah bungkus itu habis mulutnya tidak pernah kosong,sampai terlihat kalau dia tidak menelan sama sekali, entah bagaimana bulir-bulir nasi dan koyakan lauk nasi kuning itu bisa masuk ke usus dan lambungnya.
Kali ini aku benar-benar tak bisa mengendalikan  pikiranku, mataku masih terus k arah TV yang acara yang ditampilkanny akupun tidak yakin apa itu.
Kenapa harus jadi seperti ini ya Allah??? Hidupku yang sudah kujalani apa adanya, dan selalu ku syukuri, knapa saat ini jadi begitu berat?  Saat ku yakin Dia anugerah yang Engkau berikan padaku, sesaat itu pula kami terpisahkan.
Ya ! cinta! Hal yang membuat hari yang seharusnya begitu cerah menjadi kelabu,hari yang seharusnya begitu ceria menjadi suram, hari yang seharusnya begitu menyegarkan tak dapat ku nikmati.
Cinta , ya cinta! Klasik memang, hal yang selalu membuatku menertawakan orang lain karena hal itu, kini juga menimpaku. Apakah ini karma buatku?? Tapi kalau memang karma kenapa harus langsung terjadi padaku? Tidak pada keturunan-keturunan ku kelak seperti yang selalu ku saksikan di film-film mandarin?
Saat ini aku hanya bisa berpikir, seandainya saat itu aku tidak pernah jatuh cinta, dan kalau bisa sekalian saja tidak pernah bertemu, ku rasa sekarang mungkin hari ku akan baik-baik saja, dan pastinya tidak aka nada kata “seharusnya” di hari ini. Dan dari hatiku yang paling dalam, aku meminta maaf pada semua teman-teman yang dulu pernah ku tertawakan, karena frustasi karena cinta, saat ini akupun mengalaminya kawan. SAKIT !!!

DEFINISI MANUSIA MENURUT SAYA

Mengawali pembahasan saya ini mungkin seikit saya tegaskan lagi kalau apa yang akan saya bahas, merupakan hasil dari pemikiran saya sendiri dengan kata lain ya “Menurut Saya” ! jadi jika ada hal  yang mungkin bertentangan dengan fakta-fakta ilmiah yah, saya tidak bertanggung jawab dengan resiko yang mungkin terjadi pada anda..., (:
Definisi manusia yang diajarkan pada saya saat masih sekolah, ya setidaknya menurut apa yang saya tangkap dari penjelasan para guru-guru saya yang budiman, adalah suatu organisme sosial yang selalu saling membutuhkan satu sama lain, dengan kata lain manusia itu makhuk yg lemah jika sendiri tanpa organisme sejenisnya disekitarnya.
Tetapi definisi di atas tersebut langsung terbantahkan, dengan ditemukannya TARZAN, yang ternyata bisa hidup sendiri, tanpa ada manusia atau organisme sejenis disekitarnya, dan fakta yang paling penting dari TARZAN adalah bahwa manusia ternyata bisa menjadi organisme individualis